Notification

×

Iklan

Iklan

Kenali Apa Itu Sleeping Beauty Syndrome, Gangguan Tidur yang Langka

Selasa, 11 Juli 2023 | Kali Dibaca Last Updated 2023-07-10T21:56:23Z
Advertisement
Pages/Halaman:
Marketplace
Maintenance
SAFAHAD Technology - Beberapa orang kerap tertidur tanpa alasan, bahkan dalam waktu yang lama sekalipun. Kondisi ini dikenal dengan istilah Klein-Levine Syndrome (KLS) atau biasa juga disebut 'sleeping beauty syndrome'.
ilustrasi Sleeping Beauty Syndrome
SAFAHAD Technology - Beberapa orang kerap tertidur tanpa alasan, bahkan dalam waktu yang lama sekalipun. Kondisi ini dikenal dengan istilah Klein-Levine Syndrome (KLS) atau biasa juga disebut 'sleeping beauty syndrome'.

KLS dikenal sebagai gangguan langka yang menyebabkan rasa kantuk berulang. Dalam beberapa kasus, seseorang dengan KLS bisa menghabiskan waktu selama 20 jam per hari untuk tertidur. Karena alasan itu-lah, gangguan ini kerap dikenal pula sebagai sindrom putri tidur yang merujuk pada sebuah kisah dongeng.

Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja. Namun, umumnya kondisi ini lebih banyak dialami oleh remaja laki-laki. Melansir Healthline, sekitar 70 persen orang dengan KLS merupakan laki-laki.
Sindrom ini umumnya bersifat episodik. Artinya, seseorang dengan KLS akan mengalami episode-episode tertentu selama beberapa waktu untuk kemudian kembali normal. Ketika gejala muncul, umumnya episode KLS akan berlangsung dalam hitungan hari, pekan, hingga bulan.

Gejala KLS yang paling umum adalah rasa kantuk yang ekstrem. Seseorang dengan KLS akan memiliki keinginan kuat untuk tidur kapan pun atau kesulitan untuk terbangun di pagi hari. Mereka bahkan bisa saja hanya bangun untuk pergi ke kamar mandi atau makan, lalu kembali tidur.

Selama rasa kantuk yang menerus, sleeping beauty syndrome juga dapat memicu gejala lain, di antaranya:

Selanjutnya, - halusinasi
- halusinasi
- disorientasi
- lekas marah
- perilaku kekanak-kanakan
- nafsu makan meningkat
- dorongan seks berlebih

Beberapa gejala di atas dapat terjadi akibat berkurangnya aliran darah ke bagian otak selama episode KLS muncul. Kebanyakan orang dapat melanjutkan aktivitas normal setelah episode tanpa adanya disfungsi perilaku atau fisik. Namun, orang dengan KLS kemungkinan tak terlalu mengingat apa yang terjadi selama episode KLS muncul.

Belum diketahui pasti apa yang menyebabkan KLS. Namun, beberapa ahli percaya ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko KLS. Salah satunya, para ahli menduga bahwa KLS timbul akibat cedera di bagian hipotalamus, bagian otak yang mengontrol tidur, nafsu makan, dan suhu tubuh.

Beberapa orang juga dilaporkan mengembangkan KLS setelah terinfeksi virus seperti flu. Hal ini membuat para ilmuwan percaya bahwa KLS mungkin merupakan jenis gangguan autoimun.

Selain itu, beberapa kasus sleeping beauty syndrome juga bisa bersifat genetik. Ditemukan beberapa kasus di mana KLS dialami oleh lebih dari satu orang anggota dalam keluarga.[Abdul Hamid Info]

CLOSE